Jumat, 08 Mei 2020

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PRINSIP BELAJAR MAHMUD by Lilik Yulianah A. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini yang pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. PAUD adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak (kompetensi). Tujuan PAUD adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan PAUD antara lain adalah: a. Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut b. Mengurangi angka mengulang kelas c. Mengurangi angka putus Sekolah (DO) d. Mempercepat pencapaian Wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun e. Meningkatkan Mutu Pendidikan f. Mengurangi angka buta huruf muda g. Memperbaiki derajat kesehatan & gizi anak usia dini h. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sejalan dengan pernyataan di atas, tujuan PAUD adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai dengan falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. B. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini Pembelajaran bagi anak usia dini, lebih banyak aktifitas uji coba, bermain sosial seperti halnya bermain peran, dan kegiatan stimulatif lainnya. Peran guru sangat menentukan dalam kegiatan pembelajaran, karena guru merupakan motivator dan penyampai ilmu pengetahuan atau informasi kepada anak didik sehingga anak didik mendapatkan pengalaman dan pengayaan dirinya sendiri. Untuk memberikan pengayaan kepada anak didik, sebaiknya guru harus mempunyai langkah yang tepat agar pembelajaran mencapai hasil yang diharapkan. Lemahnya dunia pendidikan kita adalah masalah proses pembelajaran. Dalam proses ini anak didik kurang dimotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berketrampilan. Untuk anak usia dini pada usia-usia tertentu tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, baik oleh guru maupun orangtua, terlihat masih banyak anak-anak yang penakut, tidak mandiri dan tidak percaya diri. Terlebih di sekolah yang kurang inovatif dan kurang kreatif di mana banyak hal saat kegiatan dibantu oleh para guru, ketika anak didik selesai mengikuti kegiatan pendidikan pra sekolah, mereka pintar namun menjadi kurang mandiri. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasanm ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Adapum prinsip pembelajaran anak usia dini diantaranya: 1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Menurut Maslow kebutuhan anak yang sangat mendasar adalah kebutuhan fisik (rasa lapar dan haus), anak dapat belajar apabila tidak dalam kondisi lapar dan haus. Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan keamanan (merasa aman, terlindung dan bebas dari bahaya), dan kebutuhan rasa dimiliki dan disayang (berhubungan dengan orang lain, rasa diterima dan dimiliki). 2. Sesuai dengan Perkembangan Anak Pembelajaran untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik usia maupun dengan kebutuhan individual anak. Perkembangan anak mempunyai pola tertentu sesuai dengan garis waktu perkembangan. Setiap anak berbeda perkembangannya ada yang cepat ada yang lambat. Oleh karena itu, pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan baik lingkup maupun tingkat kesulitannya dengan kelompok usia anak. 3. Mengembangkan kecerdasan anak Pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak menjejali anak dengan hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasaanya. Penelitian di bidang neuroscience (ilmu tentang saraf) menemukan bahwakecerdasan sangat dipengaruhi oleh banyaknya sel saraf otak, hubungan antar sel saraf otak, dan keseimbangan kinerja otak kanan dan otak kiri. Pada saat lahir sel otak sudah terbentuk semua yang jumlahnya mencapai 100-200 miliar, dimana setiap sel dapat membuat hubungan dengan 20.000 sel saraf otak lainnya, atau dengan kata lain dapat membentuk kombinasi 100 miliar x 20.000. Oleh karena itu, anak usia (0-8 Tahun) merupakan usia yang sangat kritis bagi pengembangan kecerdasan anak sehingga guru, orang tua, dan pendidik anak usia dini jangan “mengunci mati” sel otak tersebut dan arahkan untuk menjalankan fungsi kapasitasnya yang tak terhingga (unlimited capacity to learn) dan perlu memahami teknik stimulasi otak yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan anak, bukan sekedar menjejali anak dengan informasi hafalan. 4. Belajar melalui bermain Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk berekplorasi (penjajagan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya. 5. Belajar dari kongkrit ke abstrak, sederhana ke kompleks, gerakan ke verbal, dan dari sendiri ke sosial. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang kongkrit ke abstrak, dari konsep yang sederhana ke kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang-ulang. 6. Anak sebagai Pembelajar Aktif Anak melakukan sendiri kegiatan pembelajarannya, sehingga anak aktif, guru hanya sebagai fasilitator atau mengawasi dari jauh. 7. Menggunakan lingkungan yang kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. 8. Merangsang kreativitas dan inovasi Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru 9. Mengembangkan kecakapan hidup Pendidikan anak usia dini mengembangkan diri anak secara menyeluruh (the whole child). Berbagai kecakapan dilatihkan agar anak kelak menjadi manusia seutuhnya. Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, intelektual, moral, sosial, emosi, kreativitas, dan bahasa. Tujuannya ialah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Mengembangkan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. 10. Memanfaatkan potensi lingkungan Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru. 11. Sesuai dengan kondisi sosial budaya Pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan kondisi sosial budaya. Apa yang dipelajari anak adalah persoalan nyata sesuai dengan kondisi dimana anak berada. Berbagai objek yang ada disekitar anak, kejadian, dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai tema persoalan belajar. 12. Stimulasi secara holistik Pembelajaran anak usia dini sebaiknya bersifat terpadu atau holistik. Anak tidak belajar mata pelajaran tertentu, seperti IPA, Matematika, Bahasa secara terpisah, tetapi fenomena dan kejadian yang ada disekitarnya. Melalui bermain dengan air anak dapat belajar berhitung (matematika), mengenal sifat-sifat air (IPA), menggambar air mancur (seni), dan fungsi air untuk kehidupan (IPS). C. Prinsip Model MaHMud (Menyenangkan, Hangat, dan Mudah) di PAUD Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak. Usia dini (lahir – 6 tahun) merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak di masa depannya atau disebut juga masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Hasil penelitian/kajian ilmiah di bidang Neorologi oleh Osbon, White, Bloom menyatakan bahwa: perkembangan intelektual/ kecerdasan anak pada usia: a. 0 – 4 tahun mencapai 50 % b. 0 – 8 tahun mencapai 80 % c. 0 – 18 tahun mencapai 100 % Pada dasarnya setiap otak anak adalah otak pembelajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa tidak ada anak yang tidak suka belajar. Saat mereka mendapatkan metode pembelajaran yang menyenangkan, mereka akan dengan mudah memahami apa yang sedang mereka pelajari. Belajar akan menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka jika itu bukan suatu tekanan dan paksaan. Mereka hendaknya dibuatkan situasi dan sesuatu yang menarik bagi anak. Sehingga mereka akan curious (ingin tahu). Ketika anak sudah tertarik dan memiliki rasa ingin tahu, perlahan akan timbul minatnya untuk mengikuti pembelajaran yang disajikan, artinya anak didik sadar dengan sendirinya (motivasi intrinsik). Prinsip Model MaHMud (Menyenangkan, Hangat, dan Mudah) pada Pembelajaran Sains bagi anak Usia 4-6 tahun di PAUD a. Hadirkan Suasana Bermain. Suasana di dalam kelas dibangun suasana bermain karena anak usia dini berada dalam dunia bermain, kegiatan belajar yang dilakukan anak adalah bermain. b. Susun dalam Tema Pembelajaran. Kegiatan yang menyenangkan dibangun melalui tema dan sub tema yang dekat dengan anak, dirancang dan dikaitkan dengan pembelajaran sains yang terpadu dengan lingkup perkembangan lainnya. Pada prosesnya, pembelajaran sains yang tercakup pada lingkup perkembangan kognitif menjadi intinya sedangkan lingkup perkembangan lainnya terintegrasi ke dalam kegiatan sains. c. Hadirkan Gaya Belajar Kinesthetic. Gaya belajar ini dipilih karena sesuai masa perkembangan anak yang cenderung masih berada pada tahap operasional kongkret semua dilakukan dengan kegiatan pengamatan langsung. Ciri gaya belajar ini, menghadirkan kegiatan menyenangkan yang melibatkan koordinasi semua organ tubuh. Pada proses pembelajarannya anak diarahkan untuk banyak bergerak mengeksplorasi psikomotorik halus dan kasar. d. Lakukan Kegiatan Sederhana yang Berulang. Pembelajaran sains yang dihadirkan akan menyenangkan jika materi yang disampaikan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Penguasaan konsep bagi anak usia dini, dilakukan dengan kegiatan yang sederhana namun dilakukan berulang-ulang sehingga anak usia dini mampu menguasainya dengan mudah. e. Membantu Membuka Wawasan Pembelajaran yang dilakukan perlu membuka wawasan anak didik artinya kegiatan-kegiatan yang dihadirkan membantu anak dalam kehidupan kesehariannya, bagaimana anak mampu terbiasa hidup secara ilmiah yang mengutamakan logika dan pola pikir mandiri dalam memecahkan masalah sehingga dengan kemampuannya itu memudahkan anak dalam beradaptasi dengan lingkungannya. f. Jadilah Personal yang Menarik. Menjadi pendidik, pandai saja tidak cukup. Pendidik PAUD bukan hanya mengajar, tetapi juga harus mampu menyentuh hati anak didik dengan kasih sayang yang akan menguatkan hubungan batin antara pendidik dan anak didiknya, sehingga proses belajar dan mengajar akan berjalan sesuai dengan harapannya. Buatlah situasi agar pendidik PAUD sebagai objek perhatian yang menarik bagi anak didik. g. Bersikaplah partisipasi Aktif . Perubahan paradigma hubungan pendidik dengan anak didik, yang bermula dari pemberi instruksi (instructive) menjadi fasilitator (facilitative). Sehingga pola hubungan keduanya menjadi hubungan kemitraan, dimana pendidik membantu anak didik dalam belajar bukan hanya sekedar pemberi informasi. h. Tidak Bergantung pada satu sumber belajar. Pendidik tidak terhambat dalam berkreasi karena ketiadaan salah satu sumber belajar. Maka pendidik perlu memperhatikan kriteria (a) ekonomis, tidak terpatok pada bahan pabrikan yang telah jadi dan berharga mahal, (b) praktis, tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit, dan langka, (c) mudah, dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita, (d) Fleksible, dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan pembelajaran, (e) sesuai dengan tujuan, mendukung proses pencapaian tujuan belajar. i. Balut dalam Waktu yang Cukup. Seorang pendidik yang ahli mampu menciptakan suasana kelas aktif di kelas yang diampunya dalam persentase keterlibatan yang penuh 100 persen. Artinya, seorang pendidik mengajar selama 40 menit, maka selama 40 menit itu pulalah anak belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran dan berhasil menuntaskan masalah yang perlu dipecahkan. Memaksimalkan 5 menit terakhir yang menentukan. Jadikan 5 menit terakhir untuk merangkum, berbagi atau berefleksi mengenai hal yang anak sudah lakukan selama pembelajaran. Membiasakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab betul. Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu namun memungkinkan jawaban yang banyak. j. Bangun Lingkungan Belajar yang Kondusif. Apabila lingkungan belajar dan kegiatan belajar melalui bermain tidak mendukung, anak usia dini akan sulit untuk mengeksplorasi, menemukan dan memanfaatkan apa yang sudah diperolehnya. Suasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual. Terkadang anak didik punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut. Sebagai pendidik, kerja keras kita salah satunya adalah menciptakan kelas yang memberikan keamanan secara emosional bagi anak. Daftara Pustaka Kemendikbud, Konsep DasarPAUD ( Jakarta ; 2015 ) halaman 39 Kemendikbud, Strategi Pembelajaran AUD,( Jakarta: Dirjen PAUDNI;2013) halaman 6 Modul 2Prinsip Belajanr Menyenangkan Hangat dan Mudah;SEAMEO CECCEP Kemendikbud, Konsep DasarPAUD ( Jakarta ; 2015 ) halaman 20